Tiga Desember 2022
Trip pertama yang kami tuju menggunakan shinkansen adalah Nagoya. Hari itu adalah hari Sabtu, walau sudah diinfokan kalau stasiun Tokyo di weekend akan ramai luar biasa, tetap saja saya sempat kleyengan melihat sebanyak itu orang yang berseliweran di sana, padahal saat itu belum musim liburan karena masih di akhir musim gugur. So crowded gaes !
Ternyata oh ternyata, akhir musim gugur juga menjadi moment yang dinikmati warga Jepun. Daun untuk beberapa jenis pohon mulai berubah warna menjadi kuning, sebelum akhirnya meranggas di musim dingin.
Ya, tidak semua daun tanaman berubah meranggas. Beberapa tanaman yang tahan di musim dingin tetap mempertahakan warna hijau atau ada juga daun yang berwarna coklat kemerahan.
Masyaa Allah kombinasi warna yang cantik dan membuat mata tak ingi melepas pandangannya.
Sesampainya di stasiun Nagoya (shinkansen exit), kami dikejutkan lagi dengan situasi stasiun yang tidak beda jauh ramainya dari stasiun Tokyo yang merupakan kota terbesar dan tersibuk.
Melihat situasi ini kami sudah bisa memperkirakan kecil sekali kemungkinan untuk menyimpan koper di "coin locker" yang biasanya tersedia di berbagai tempat di stasiun besar.
Setelah memastikan dengan mencoba melihat beberapa tempat locker, termasuk di basement Mall yang berdekatan dengan Stasiun Nagoya, kami akhirnya memutuskan untuk langsung ke tempat untuk menikmati makan siang dan ishoma, sambil menggeret koper 😆.
Aneh? Ga lah, wong semua pengunjung Nagoya dari luar kota juga melakukan hal yang sama 😃.
Akhirnya kami lanjut menaiki kereta subway ke lokasi tempat makan yaitu Bulan Bali Cafe. Baru saat itu kami mengalami antrian masuk kereta busway yang begitu padat, sampai-sampai harus melakukan 2 kali antrian karena di dalam kereta sudah padat. Untungnya lokasi stasiun yang terdekat dengan lokasi Cafe hanya melewati beberapa stasiun saja. Tibalah kami di stasiun Shinsakae-machi.
Di Nagoya hanya berkunjung ke dua lokasi, lokasi untuk istirahat-shalat-makan di Cafe Bulan Bali dan Nagoya Castle, karena sore hari nya kami langsung melanjutkan perjalanan ke Osaka dan menginap di sana.
Pelayanan di Cafe ini sangat ramah, ga heran karena pelayannya orang Bali asli yang sudah puluhan taun tinggal dan bekerja di Jepang.
Kami pun dibantu oleh Bli tersebut saat berfoto di depan cafe, dan juga saat memanggil taksi dan menyampaikan tujuan kami ke Nagoya Castle menggunakan bahasa nihongo tentunya. Tentu saja kami lebih memilih menggunakan taksi karena alasan ada 2 koper dan tas besar yang kami bawa. Alhamdulillaah semuanya dimudahkan.
Kami memilih hanya mengunjungi Nagoya Castle sebagai tempat wisata di area ini, karena kami melihat lokasi wisata lainnya kurang menarik bagi kami, seperti musem (anak bontot ga doyan juga ke museum), lego land tentu saja bukan lokasi yang cocok buat ibu kami disamping saya dan anak2 sudah pernah ke lokasi serupa di Johor, negri jiran, apalagi ke kebun binatang (di Indonesia lebih banyak satwa khasnya 😃).
Nagoya Castle merupakan Kastil atau istana kerajaan pertama di Jepang yang dinyatakan sebagai pusaka nasional, dan merupakan kastil terpenting di Jepang, karena memiliki sejarah penting di masa perang.
Melihat area kastil yang cukup luas kami sempat khawatir apakah akses jalan aman sambil membawa koper? Untungnya, kami sempat menyimak peta kawasan kastil yang terpampang di dekat trotoar. Mulai optimis karena di sana tersedia "Coin Locker" dan berharap ada yang kosong, karena kami lihat walau sangat ramai pengunjung yang datang, tapi kami melihat mereka tidak ada yang membawa koper seperti kami 😆.
Setelah membeli tiket masuk ke gerbang kawasan kastil, kami bergegas mendatangi lokasi "coin locker" yang berada di sebelah kanan setelah pintu gerbang. Alhamdulillaah masih ada coin locker ukuran besar yang tersedia dan cukup untuk menyimpan semua barang bawaan kami. Kami pun bisa santai menikmati kawasan kastil, didukung cuaca yang sangat cerah 🥰.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan hampir pukul setengah 5 sore. Selesai berkeliling kastil, kami menggunakan taksi menuju stasiun Nagoya kembali, untuk memilih seat shinkansen dan melanjutkan perjalanan ke Osaka.
Alhamdulillah sesampai di stasiun kami tidak perlu antri untuk menggunakan mesin pemesanan seat shinkansen dengan tujuan stasiun Shin Osaka.
Perjalanan hanya membutuhkan waktu tidak sampai satu jam. Jarak hotel yang kami pesan hanya sekitar 400 meter dengan stasiun Shin Osaka.
Walau sudah hampir pukul enam, situasi saat itu sudah gelap, karena waktu maghrib di sana saat itu sekitar pukul 17. Sesampai di hotel sudah hampir waktu isya.
Proses check in hotel pun menjadi pengalaman tersendiri. Petugas receptionist hotel kami yakini bisa menggunakan bahasa Inggris walau tidak fasih, at least kami ga perlu pakai bahasa isyarat lah 😃.
Proses checkin dilakukan dengan memindai semua passport kami bertiga. Tidak seperti di Indonesia yang biasanya cukup menyerahkan KTP pemesan kamar.
Untuk makan malam kami menyantap persediaan makanan yang kami bawa dari Tokyo, seperti onigiri, mie instant vegan di dalam cup, dan beberapa sachet minuman hangat seperti wedang jahe dan energen cereal.
Walau kamar cukup sempit, tetapi tidak mengganggu kesempatan beristirahat. Kami semua bisa tidur dengan nyenyak 😊.
Komentar